MEDIA PEMBELAJARAN
Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat
merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat si penerima pesan. Di dalam
proses penyampaian informasi ini dengan menggunakan saluran (media) maka
komunikan akan menerima informasi/pesan tersebut melalui kelima panca inderanya
(penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap.
Media pembelajaran adalah media yang
membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran menurut Gagne dan Briggs
(1975) media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder,
kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar,
grafik, televisi dan computer. Salah satu manfaat dari media adalah untuk
membuat siswa lebih dapat memahami bahan pengajaran dan lebih jelas
maknanya sehingga memungkinkan peserta didik menguasai dan mencapai tujuan
pengajaran.
Begitu sangat membantunya media dalam
pembelajaran, sehingga memunculkan beberapa landasan yang mendasari penggunaan
media pembelajaran.
Landasan Teoritis Media Pembelajaran
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan
media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis,
empiris dan historis.
1. Landasan filosofis
Ada suatu pandangan,
bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam
kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata
lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Akan
tetapi, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan
pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan
demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan
pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru
terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai
anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri,motivasi, dan memiliki
kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media
hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap
menggunakan pendekatan humanis.
2. Landasan psikologis
Dengan memperhatikan
kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode
pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping
itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu,
dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan
proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu:
(1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa
serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang
akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Kajian psikologi menyatakan
bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang
abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan
penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat :
- Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
- Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
- Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol. Salah satu gambaran yang paling banyak digunakan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam pembelajaran adalah kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience).
Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi
dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja
membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai
tambah pada kegiatan pembelajaran. Kerucut pengalaman Dale diatas
mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh
oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar
yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat
abstrak. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan peserta didik dapat
menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan
pesan-pesan dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan
peserta didik sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga
dipahami sebagai pesan (decoding).
3. Landasan teknologis
Teknologi pembelajaran
adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan
penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan
proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan,
dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam
situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam
teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan
komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain
atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadisistem
pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan,
media, peralatan, teknik, dan latar.
4. Landasan empiris
Temuan-temuan penelitian
menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan
karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya,
siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan
menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya.
Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila
pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau
film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka
belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.
Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika
menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut,
maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru,
tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar,
karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu.
5. Landasan Historis
Yang dimaksud dengan
landasan historis media pembelajaran ialah rational penggunaan media
pembelajaran ditinjau dari sejarah konsep istilah media digunakan dalam
pembelajaran. Perkembangan konsep media pembelajaran sebenarnya bermula dengan
lahirnya konsepsi pengajaran visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923.Yang
dimaksud dengan alat bantu visual dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah
setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual
yang nyata kepada siswa.
Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual
instruction” atau “audio visual education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar
tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio visual materials”,
“audio visual methods”, dan “audio visual devices”. Inti dari kosepsi ini
adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan
gagasan dan pengalaman siswa melalui mata dan telinga. Pemanfaat-an konsepsi
audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut Pengalaman” dari Edgar Dale.
Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut “audio
visual communication” pada tahun 1950-an.
Dengan diterapkannya konsep komunikasi dalam pembelajaran, penekanan tidak lagi
diletakkan pada benda atau bahan yang berupa bahan audio visual untuk
pembelajaran, tetapi dipusatkan pada keseluruhan proses komunikasi informasi
atau pesan dari sumber (guru, materi atau bahan) kepada penerima (peserta
didik).
Gerakan komunikasi audio visual memberikan penekanan kepada proses komunikasi
yang lengkap dengan menggunakan sistem pembelajaran yang utuh. Jadi konsepsi
audio visual berusaha mengaplikasikan konsep komunikasi, sistem, disaign sistem
pembelajaran dan teori belajar dalam kegiatan pembelajaran
Perkembangan berikutnya terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya konsepsi
“instructional materials” yang secara kosepsional tidak banyak berbeda dengan
konsepsi sebelumnya. Karena pada intinya konsepsi ini ialah
mengaplikasikan proses komunikasi dan sistem dalam merencanakan dan
mengembangkan materi pembelajaran. Beberapa istilah merupakan variasi
penggunaan penggunaan konsepsi “intruksional materials” adalah “teaching
learning materials” dan “learning resources”.Dalam tahun 1952 ini juga telah
digunakan istilah “educational media” dan “instructional media”, yang
sebenarnya secara konsepsional tidak mengalami perubahan dari konsepsi
sebelumnya, karena di sini dimaksudkan untuk menunjukkan kegiatan komunikasi
pendidikan yang ditimbulkan dengan penggunaan media tersebut. Puncak
perkembangan konsepsi ini terjadi sekitar tahun 1960-an. Dengan
mengaplikasikan pendekatan sistem, teori komunikasi, pengembangan sistem
pembelajaran, dan pengaruh psikologi Behaviorisme, maka muncullah konsep
“educational technology” dan atau “instructional technology” di
mana media pendidikan atau media pembelajaran merupakan bagian dari padanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Sanaky, Hujair. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Safiria Insani Press