Kamis, 16 Februari 2017

PERTEMUAN 4

PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Saat ini masyarakat Indonesia hidup dalam era teknologi informasi dan komunikasi yang serba digital. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan ICT yang serba digital telah mengubah berbagai aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Era teknologi dan informasi yang serba digital dapat disebut sebagai era digital. Dalam era digital, masyarakat telah mengenal istilah e-banking untuk penerapan ICT dalam perbankan, e-commerce untuk penerapan ICT dalam perdagangan, dan lain-lain. Media massa seperti koran dan majalah sudah mulai beralih termasuk kita telah mengenal pula istilah e-learning sebagai bentuk penerapan ICT dalam pendidikan khususnya untuk tujuan pembelajaran. Tantangan pendidikan abad 21 adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) . Untuk membangun hal tersebut, e-learning memainkan peran yang sangat penting.
Pengertian e-learning pada umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut Gilbert & Jones dalam Surjono (2007) adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/ekstranet, satelite broadcast , audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran (Kumar, 2006). Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM (Anderson, 2005).
Pengertian e-learning berbeda dengan pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning , hal ini seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority bahwa e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning, yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Online learning adalah suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning , yaitu tidak hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik setiap waktu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan secara umum e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memanfaatkan atau menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning adalah kegiatan belajar yang menggunakan internet yang dapat dikombinasikan dengan kegiatan tatap muka yang ada di lembaga pendidikan.
Berdasarkan teknologi informatika yang digunakan, e-learning kemudian dikelompokkan berdasarkan basis teknologi, yaitu sebagai berikut:
1. Computer Based Training (CBT). Sistem CBT ini mulai berkembang di tahun 80-an dan masih berkembang terus sampai sekarang. Hal ini ditunjang antara lain oleh perkembangan sistem animasi yang kian menarik dan realistis (misalnya aiatem animasi 3 Dimension).
2. Web Based Training (WBT). Sistem ini merupakan perkembangan lanjutan dari CBT dan berbasis teknologi internet. Sehingga dengan menggunakan konsep ini, dapat terjadi komunikasi dua arah antar pengguna. Namun lancarnya proses belajar dengan menggunakan sistem ini bergantung kepada infrastruktur jaringan kecepatan tinggi. Kendala penerapan konsep ini terletak pada kenyataan bahwa jaringan internet di negara kita masih belum merata. Pada dasarnya,terdapat 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih, yakni: a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional) b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet c. Sepenuhnya melalui internet. Salah satu komponen WBT yang sangat digemari adalah video-conferencing, yaitu dimana siswa dan guru dapat langsung mendiskusikan semua hal tanpa harus bertemu muka secara langsung. Sistem ini berkembang pesat di negara-negara maju dan dapat dimanfaatkan sebagai alat belajar mengajar di virtual classes ataupun virtual universities.
Untuk mengembangkan program e-learning ada beberapa tahapan, dimulai dengan :
1. Analisis Kebutuhan Tujuan yang diharapkan dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi. Contoh: Dosen menerapkan teknologi e-learning. Pada akhir semester prestasi mahasiswa kurang menggembirakan sehingga pimpinan mengambil keputusan bahwa e-learning diganti dengan tatap muka karena e-learning tidak cocok dengan gaya belajar mahasiswa yang bersangkutan. Padahal apabila dianalisis, mahasiswa sangat antusias. Pada kasus ini problem bukan terletak dari motivasi menurun atau e-learning kurang tepat, tetapi karena program e-learning tidak terakses disebabkan padatnya jaringan.
2. Mendeskripsikan tingkat kinerja/kompetensi yang ingin dicapai. Deskripsi ini diperlukan untuk menetapkan materi pembelajaran, yang harus dipelajari sehingga dipersiapkan dengan baik. Langkah ini berarti memilih materi serta pengalaman belajar yang sesuai untuk mendukung pencapaian kompetensi.
3. Menetapkan metode dan media pembelajaran. Berbagai metode serta media yang biasa digunakan dikelas tatap muka kemungkinan dapat diterapkan juga pada kelas online.
4. Menentukan jenis evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, evaluasi berupa balikan atau revisi tugas-tugas. Oleh karena itu pendekatan e-learning berupa pembelajaran mandiri, maka pembelajar harus mengevaluasi diri sendiri sehingga mengetahui tingkat keberhasilannya.
Penerapan e-learning banyak variasinya, karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat. Surjono (2007), menekankan penerapan e-learning pada pembelajaran secara online dan dibagi menjadi dua yaitu sederhana dan terpadu. Penerapan e-learning yang sederhana hanya berupa kumpulan bahan pembelajaran yang dimasukkan ke dalam web server dan ditambah dengan forum komunikasi melalui e-mail dan atau mailing list (milist). Penerapan terpadu yaitu berisi berbagai bahan pembelajaran yang dilengkapi dengan multimedia dan dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi, dan berbagai sarana pendidikan lain, sehingga menjadi portal e-learning. Pembagian tersebut di atas berdasarkan pada pengamatan dari berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada di internet. Nedelko (2008), menyatakan ada tiga jenis format penerapan e-learning , yaitu:
1. Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat.
2. Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagian proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online.
3. Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan teleconference.
Penerapan e-learning lebih banyak dimaknai sebagai pembelajaran menggunakan teknologi jaringan ( net ) atau secara online. Hal ini berkaitan dengan perkembangan TIK yang mengarah pada teknologi online. TIK saat ini, lebih difokuskan untuk pengembangan networking (jaringan) yang memungkinkan untuk mengirim, memperbaharui, dan berbagi informasi secara cepat. Keberhasilan penerapan dari e-learning bergantung pada beberapa faktor antara lain teknologi, materi pembelajaran dan karakteristik dari peserta didik. Teknologi merupakan faktor pertama yang mempunyai peran penting di dalam penerapan e-learning, karena jika teknologi tidak mendukung maka sangat sulit untuk menerapkan e-learning , minimal sekolah mempunyai komputer. Materi pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, dijabarkan secara jelas atau diberikan link ataupun petunjuk sumber pembelajaran yang lain. Karaktersitik peserta didik juga sangat dibutuhkan karena nilai utama di dalam e-learning adalah kemandirian.
Secara garis besar, teknis pelaksanaan e-learning dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
(1) Hanya menggunakan media Web biasa, dan (2) Menggunakan software khusus e-learning berbasis Web yang sering disebut dengan istilah learning management system (LMS). Pada cara pertama, materi-materi pembelajaran disajikan pada sebuah situs Web. Siapapun dapat mengakses materi secara bebas atau dibatasi dengan password (seperti model langganan majalah/jurnal). Komunikasi bisanya dilakukan menggunakan e-mail atau forum diskusi khusus. Dalam hal ini biasanya tidak terdapat fasilitas portofolio, sehingga dosen tidak memiliki informasi siapa yang telah mengakses materi tertentu dan kapan akses dilakukan. Yang diperlukan untuk menggunakan pendekatan ini hanyalah sebuah server Web. Pada cara kedua, selain diperlukan server Web juga diperlukan sebuah software (LMS) yang berfungsi untuk mengelola e-learning. Software (sistem) LMS biasanya mempunyai fasilitas-fasilitas yang berfungsi untuk (1) administrasi mahasiswa, (2) penyajian materi, (3) komunikasi, (4) pencatatan (portofolio), (5) evaluasi, bahkan (6) pengembangan materi. Berbeda dengan akses ke Web biasa, akses ke LMS biasanya memerlukan nama user dan password, dan biasanya hanya dosen dan mahasiswa yang terdaftar yang dapat melakukannya. Sistem LMS akan mencatat semua aktivitas yang dilakukan mahasiswa selama mereka masuk ke dalam system e-learning menyajikan diagram arsitektur sistem e-learning berbasis LMS (diadopsi dari Kojhani, 2004).
Sistem e-learning terdiri atas beberapa komponen, yakni: (1) komputer server yang dilengkapi dengan server Web dan software LMS (learning management system) dan software pendukung lain, (2) infrastruktur jaringan yang menghubungkan komputer klien ke server, (3) komputer klien tempat mahasiswa dan dosen mengakses kelas online, dan (4) bahan-bahan ajar yang disiapkan oleh dosen dan dimasukkan ke dalam kelas online. Sesuai dengan model di atas, komponen-komponen yang diperlukan untuk membangun sistem e-learning meliputi:
(1) hardware server dengan spesifikasi yang memadai,
(2) software untuk server: sistem operasi, server Web, dan server e-learning (LMS, learning
management system), serta software-software pendukung lainnya (misalnya PHP, MySQL),
(3) komputer klien dengan spesifikasi dan cacah yang memadai untuk akses ke sistem e-learning secara online,
(4) software-software untuk komputer klien: sistem operasi, browser Internet untuk mengakses server, software aplikasi dan authoring untuk mengembangkan materi pembelajaran oleh dosen dan mengerjakan tugas-tugas oleh mahasiswa,
(5) infrastruktur jaringan LAN dan Internet yang diperlukan untuk mengakses sistem perkuliahan online. Dalam hal ini diperlukan adanya koneksi LAN dan Internet yang memungkinkan akses server dari luar.

Tidak ada satupun model pembelajaran yang sempurna. Seperti halnya e-learning juga mempunyai kelebihan dan kekurangan di dalam penerapannya. Kelebihan dari e-learning antara lain:

1. Mengurangi biaya, walaupun pada awal pemasangan infrastruktur e-learning yaitu jaringan internet agak mahal, tetapi selanjutnya akan mengurangi biaya akomodasi karena informasi didapatkan dari berbagai tempat tanpa harus datang ketempat tersebut.
2. Pesan/ isi e-learning dapat tetap (konsisten), dan juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
3. Materi pembelajaran lebih up to date dan dapat diandalkan. E-learning yang berbasis internet ( web) dapat memperbaharui materi secara cepat, sehingga membuat informasi lebih akurat dan berguna untuk jangka waktu tertentu.
4. Pembelajaran 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Pendidik dan peserta didik dapat mengakses kapan saja dan dimana saja.
5. Universal, setiap orang dapat melihat atau menerima materi yang sama dan dengan cara yang sama.
6. Membangun komunitas, e-learning memungkinkan peserta didik maupun pendidik membangun sebuah komunitas yang berkelanjutan, untuk saling berbagi pengetahuan selama dan setelah pembelajaran.
7. Daya tampung yang besar, e-learning tidak hanya dapat menampung 10 sampai 100 partisipan, tetapi juga dapat menampung ribuan partisipan.

Kelemahan dari e-learning lebih banyak dipengaruhi oleh faktor peserta didik dan pendidik. Kelemahan e-learning yang dirasakan oleh pendidik umumnya adalah memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan materi pembelajaran serta memperbaharui materi pembelajaran yang telah disajikan di dalam media elektronik. Adapun kelemahan e-learning dipandang dari segi peserta didik antara lain:

1. Merasa kesepian, peserta didik dapat merasa kesepian karena tidak adanya interaksi fisik dengan pendidik dan teman-temannya, terutama untuk model fully online e-learning format.
2. Keterampilan menggunakan peralatan ICT, peserta pendidik yang tidak terampil menggunakan peralatan ICT, akan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir pembelajaran.
3. Peserta didik yang tidak disiplin dan kurang memilikii motivasi untuk belajar akan sulit mengikuti tahap-tahap proses pembelajaran.
4. Ada beberapa konsep-konsep pembelajaran yang sulit untuk dimodelkan atau dipelajari tanpa bimbingan pendidik.
5. Adanya permasalahan saat menentukan format evaluasi yang tepat berhasil atau tidaknya peserta pendidik di dalam mengikuti pembelajaran secara e-learning.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM KOLOID BERBASIS E-LEARNING
Mata pelajaran kimia sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit karena materi kimia merupakan materi yang bersifat abstrak. Sebagian besar ilmu kimia merupakan ilmu percobaan dan sebagian besar pengetahuannya diperoleh dari penelitian di laboratorium (Chang, 2003). Belajar kimia pada dasarnya berangkat dari fakta yang ditemukan menuju konsep mikroskopik dan submikroskopik yang kemudian disimbolkan. Sehingga siswa cenderung lebih sulit memahami konsep mikroskopik dan submikroskopik tersebut. Sehingga perlu dikembangkan alat bantu berupa media pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari fakta (makroskpik) menuju konsep abstrak (mikroskopik dan sub mikroskopik). Salah satu materi dalam pembelajaran kimia adalah sistem koloid. Sistem koloid bersifat kontekstual, dekat dengan kehidupan sehari-hari dan beberapa sifatnya merupakan konsep mikroskopik. Materi sistem koloid biasanya siswa diminta untuk menghafal saja, padahal siswa dapat memperoleh berbagai macam sumber belajar. Pemanfaatan internet dapat memberikan berbagai macam sumber mengenai materi sistem koloid serta video dan animasi yang dapat memberikan pengetahuan konsep mikroskopik materi sistem koloid.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mengandung informasi yang dapat memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh informasi yang diperlukannya dalam belajar. Atas dasar pengertian tersebut sumber belajar dikategorikan kedalam enam kelompok yaitu pesan, orang, bahan, alat, tenik, dan latar atau lingkungan. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan ajar adalah barang-barang yang mengandung pesan, termasuk buku pelajaran dan perangkat lunak (Sitepu, 2008). Sedangkan menurut Irzan Tahar (2006), sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan seseorang dapat belajar secara individual. Bahan ajar memiliki peran sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu, sangat diperlukan pengembangan bahan ajar. perlu dikembangkan bahan ajar yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa dalam hal keluasan referensi, membangun komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa serta mengakomodir kebutuhan siswa dalam menghadapi era teknologi informasi dan komunikasi tanpa meninggalkan faktor pemahaman dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan memanfaatkan kecanggihan dan kemudahan internet yang disebut dengan e-learning.
E-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi, komunikasi dan informasi khususnya internet (Kwartolo, 2010). Sedangkan menurut Hartley (2001), e-learning merupakan jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain. Secara umum e-learning mampu menyajikan pengalaman belajar yang bermakna melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Elearning memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara siswa dengan tenaga pengajar dan narasumber ahli, meningkatkan kolaborasi antar siswa untuk membentuk komunitas belajar, mendorong siswa untuk secara mandiri mencari sumber belajar dan mencapai makna, memberikan akses keapada beragam sumber belajar (Pannen, 2005). Komunikasi dalam e-learning dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung (synchronous training) dan tidak langsung (asynchronous training). Menurut Susanti dan Sholeh (2008), synchronous training adalah tipe proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi bersamaan, sedangkan asynchronous training adalah tipe pelatihan dimana proses pembelajaranan tidak terjadi pada waktu yang bersamaan. Contoh synchronous training terjadi pada saat kegiatan chat dan forum diskusi dimana guru dan siswa melakukan kegiatan online pada saat bersamaan dan terjadi interaksi. Sedangkan contoh kegiatan asynchronous training adalah ketika siswa belajar dan mengajukan pertanyaan dalam e-learning, akan tetapi guru tidak menjawab pada saat yang bersamaan. Namun, terdapat beberapa kelemahan e-learning yaitu e-learning membutuhkan dukungan jaringan yang tepat dan stabil, banyak guru yang belum siap menggunakan e-learning dan memanfaatkan internet dalam proses pembelajaran, serta keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki siswa juga dapat menghambat penggunaan e-learning.
LMS adalah pengelolaan interaksi proses pembelajaran berbasis TIK melalui websites (Munir, 2010). LMS didesain untuk mengembangkan konten materi ajar berbasis e-learning. Tujuan dari LMS adalah mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu software LMS yang banyak digunakan di dunia adalah MOODLE (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment). Moodle memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan oleh siapapun, walaupun tidak memiliki kemampuan pemrogaman sekalipun. LMS juga dilengkapi fitur-fitur yang dapat memenuhi semua kebutuhan pembelajaran termasuk kuis, forum, chat, dan link ke web lain.
Produk yang dihasilkan berupa bahan ajar sistem koloid berbasis e-learning yang dapat diakses melalui alamat e-learning.fmipa.um.ac.id. Bahan ajar sistem koloid berbasis e-learning dibagi menjadi lima topik yaitu identifikasi larutan, suspensi, dan koloid, macamacam sistem koloid, sifat-sifat koloid, pembuatan koloid, dan aplikasi sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari. Bagian pembuka e-learning dilengkapi dengan gambar, pernyataan pembuka, dan lagu bertema sistem koloid. Topik pertama mengenai identifikasi larutan, suspensi, dan koloid dilengkapi dengan handout, prosedur percobaan, link ke website lain, link video mengenai identifikasi larutan, suspensi, dan koloid berbahasa Indonesia dan Inggris, serta kuis online. Topik kedua tentang macam-macam sistem koloid dilengkapi dengan handout, link ke website lain, kuis online, dan soal uji pengetahuan. Topik ketiga tentang sifat-sifat koloid dilengkapi dengan dua link ke website lain, link video Efek Tyndall berbahasa Indonesia dan Inggris, link video Gerak Brown berbahasa Indonesia dan Inggris, link video tambahan mengenai Cleansing action of Soap, serta kuis online. Topik keempat tentang pembuatan koloid dilengkapi dengan link ke website lain, prosedur percobaan, dan kuis online. Topik kelima tentang aplikasi sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari dilengkapi dengan dua link ke website lain, dan tugas diskusi kelompok. Setiap topik dilengkapi dengan gambar dan pernyataan pembuka serta fasilitas forum dan chat untuk memudahkan diskusi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Bagian evaluasi dilengkapi dengan rangkuman dan soal evaluasi. Tersedianya beberapa sumber belajar yang beragam dan dapat diakses setiap saat oleh siswa memungkinkan dapat mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa. Fasilitas forum dan chat diharapkan dapat meningkatkan interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, B. 2005. Strategic e-learning implementation. Educational Technology & Society



JISC.2004, Efective Practice with e-Learning, A good practice guide in designing for learning. Bristol: HEFCE.

Kojhani, Sureash Kumar. 2004. Elearning and Its Advantage. Presentasi pada Wokrshop tentang Web Enabling Technologies & Strategies for Scientific Elearning

Nedelko, Z. 2008. Participants Characteristics for E-learning. http://www.g-cass.com

23 komentar:

  1. Apakah dengan penggunaan e-learning dalam pembelajaran mampu menghubungkan ranah afektif dan psikomotorik pada siswa? Lalu bagaimana cara anda jika anda berperan sebagai seorang guru dalam mengevaluasi hal tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet menuju e-learning perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan semua pembelajaran pada internet. Hakikat e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Di samping itu prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan. Untuk menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games Oleh karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran guru. Penanaman nila-nilai dan sentuhan kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan perancang e-learning. Oleh karena itu penulis sependapat bahwa dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi elearning adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan mengakses sumber belajar khususnya teknologi interne. Menurut pendapat saya pembelajaran e-learning tidak menghubungkan ranah afektif dengan psikomotorik.. namun nanti akhirnya akan mendapatkan hasil yang masing2.. saat kita mengevaluasinya, maka akan terlihat perkembangannya sesuai dengan pendekatan yang kita lakukan.

      Hapus
  2. Adakah kesulitan yang sering ditemui dalam penerapan e-learning pada pembelajaran? jika ada bagaimana mengatasinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penerapan E learning dalam pendidikan mengikutsertakan beberapa komponen. Komponen pertama adalah infrastruktur e learning. Infrastuktur berupa personal komputer, jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia lainnya. Pada infrastruktur saat pembelajaran terjadi maka terkadang terjadi kendala. Kendala yang terjadi adalah tidak semua pembelajaran efektif dalam menggunakan media komputer. Banyak pembelajaran yang lebih efektif bila dilakukan secara kooperatif atau pun kolaboratif. Pada dasarnya E learning menggunakan meedia komputer untuk menyampaikan pembelajaran sedangkan salah satu teori belajar yaitu teori humanistik adalah memanusiakan manusia dan E learning kurang memanusiakan manusia.
      Kendala lain juga muncul, yaitu ketersedian dan kelayakan infrastruktur E learning itu sendiri. Dalama kenyataannya tidak semua sekolah memiliki perangkat untuk menjalankan E learning begitu pula pada Perguruan Tinggi tidak semua perangkatnya layak untuk digunakan untuk proses pembelajaran E learning. Kendala utamanya adalah ketika seorang pendidik menyampaikan pembelajaran melalui E learning maka peserta didik harus menggunakan komputer dan jaringan internet untuk menerimannya namun tidak semua peserta didik memiliki perangkat tesebut di rumahnya. Peserta didik yang tidak memiliki mendapat kendala dan harus pergi ke warnet (contohnya) untuk menggunakan E learning tersebut dan itu menambah biaya pembelajaran.
      Kendala dari peserta didik yang belum dapat mengoperasikan komputer begitu juga halnya pendidik. Kita tidak bisa pungkiri pada daerah daerah tertentu E learning tidak dapat diterpkan karena tidak semua daerah memiliki pembelajaran tentang E learning. Penggunaan E learning tidak dapat terapkan karena memang peserta didik yang belum mengetahui dan menguasai bagaimana mengoperasikan E learning tersebut. Sebagian pendidik juga ada yang tidak dapat menggunakan E learning karena memang mereka tidak mendapatkan pembelajaran tersebut saat menjalani studi. Seorang guru olah raga misalnya pada saat studi mereka tidak diajarkan bagaimana menggunakan E learning secara spesifik sehingga apabila diterapkam dalam pembelajaran olah raga, guru tersebut bingun dan pembelajaran tidak dapat efektif karena tidak memiliki keahlian tersebut.
      E learning memliki sistem yang dapat memvirtualisasi proses belajar mengajar mengajar konvensional. Sering disebut dengan LMS atau Learning Management System yang dimana terdapat manajemen kelas, pembuatan materi, forum diskusi dan sistem penilaian serta sistem ujian online. Pada dasarnya semua sama pada lembaga pendidikan lainnya yang dilaksanakan secara nyata namun apabila diterapkan dalam E learning akan muncul kendala lagi. Bagaimana sistem tersebut dapat berjalan lancar apabila tidak didukung oleh admin yang memliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Apabila seorang admin hanya mengerti bagaimana caranya mengoperasikan sistem tersebut maka dia hanya akan mengatur softwarenya saja, lalu bagaimana sistem lainnya??Untuk itu tiap bagia seperti konten, penilaian, pembuatan soal ujian harusnya di berikan pada admin yang kompeten. Hal itu menjadi kendala karena kita harus melibatkan banyak orang yang memiliki kemampuan dibidangnya masing masing, sekali lagi itu memerlukan biaya yang besar dan tidak semua lembaga pendidikan dapat menjalankannya.

      Hapus
  3. kita tahu bahwasannya e-learning guru tidak dapat langsung membimbing siswa/murid dalam pembelajaran, bagaimana anda sebagai seorang guru meminimalisir hal tersebut?

    BalasHapus
  4. Apa faktor penting dalam keefektifan pada penerapan e-learning?

    BalasHapus
  5. apa upaya guru supaya e-learning yang ia gunakan dapat menarik minat siswa untuk belajar?

    BalasHapus
  6. Sedikit tambahan:
    Yang perlu diperhatikan sebelum memilih menggunakan/memanfaatkan e-learning untuk kegiatan pembelajaran adalah studi kelayakan. Ketersediaan TIK seperti internet, infrastruktur pendukung (listrik, komputer), sumber daya manusia pengelola (producers, admin), dengan e-learning apakah kegiatan yang dilakukan menguntungkan, dan fungsi e-learning tersebut sebagai tambahan, pelengkap atau pengganti.

    BalasHapus
  7. Bagaimana kita sebagai calon guru untuk menimalisir kekurangan e-leaning pada Kecenderungan seseorang siswa yang mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial ?

    BalasHapus
  8. menurut anda apakah pembelajran e-learning sudah efektif digunakan saat ini?

    BalasHapus
  9. bagaimana ciri elearning yang baik itu?

    BalasHapus
  10. saya akan menjawab pertanyaan dari novi :

    sudah hampir efektif, karena internet sebagai hal pokok sudah mencapai wilayah pedesaan hanya saja mungkin akses internetnya tidak sama baik atau lancarnya dengan daerah perkotaan.

    BalasHapus
  11. Kelemahan dari e-learning lebih banyak dipengaruhi oleh faktor peserta didik dan pendidik. Apa saja faktor tersebut? Jelaskan!

    BalasHapus
  12. Apa saja kekurangan dari eleraning dalam pandang siswanya?

    BalasHapus
  13. Apa saja komponen-komponen dari Sistem e-learning ?

    BalasHapus
  14. Secara umum e-learning mampu menyajikan pengalaman belajar yang bermakna melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi.jelaskan mengenai hal tersebut .

    BalasHapus
  15. menurut anda apakah e-learning yang semakin berkembang pesat ini dapat menggantikan posisi sekolah yang sekarang dijalani oleh siswa? jelaskan!

    BalasHapus
  16. Apakah seluruh materi kimia dapat dijelaskan melalui e-learning?

    BalasHapus
  17. sedikit menambahkan
    Pemrosesan informasi menurut Pressley, (1990):
    Pertama-tama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya (mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Beberapa informasi disaring (diabaikan) pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan ke dalam ingatan jangka pendek (kesadaran). Ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek (short-term memory) dapat ditransfer ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang (long-term memory) merupakan hal penting dalam proses belajar. Menurut Anderson (dalam Pressley, 1990), tempat penyimpanan jangka panjang mengandung informasi faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi mengenai bagaimana cara mengerjakan sesuatu (disebut pengetahuan prosedural).
    Komponen pemrosesan informasi dipilah berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Komponen tersebut adalah:

    1. Sensory Receptor (SR)
    Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
    2. Working Memory (WM)
    Short-term memory atau working memory berhubungan dengan apa yang sedang dipikirkan seseorang pada suatu saat ketika menerima stimulus dari lingkungan. Durasi suatu informasi tersimpan di dalam short-term memory adalah 15 – 20 sekon. Durasi penyimpanan di dalam short-term memory ini akan bertambah lama, bisa menjadi sampai 20 menit, jika terdapat pengulangan informasi. Informasi yang masuk ke dalam short-term memory berangsur-angsur menghilang ketika informasi tersebut tidak lagi diperlukan. Jika informasi dalam short-term memory ini terus digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam tahapan penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long-term memory.

    3. Long Term Memory (LTM)

    Long Term Memory (LTM) diasumsikan:

    a) berisi semua pengetahuan yan telah dimiliki individu,

    b) mempunyai kapasitas tidak terbatas,

    c) sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.

    BalasHapus
  18. apa saja masalah dalam pengembangan e-learning ?

    BalasHapus
  19. E-learning seperti apa yang akan anda gunakan jika mengajar nanti? Mengapa?

    BalasHapus
  20. sedikit menambahkan,Media pembelajaran berbasis learning management system menjadi salah satu solusi yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran. Beberapa alasan menggunakan media pembelajaran ini adalah(a) terjadi peningkatan efektivitas pembelajaran dan prestasiakademik siswa, (b) menambah kenyamanan, (c) menarik lebih banyak perhatian siswa kepada materi yang disampaikan dalam pembelajaran, (d) dapat diterapkan dengan berbagai tingkat dan model pembelajaran, dan (e) dapat menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya (Kim, 2007:5; Kose, 2010:2796).Media pembelajaran berbasis LMS sangat berguna dalam menyediakan lingkungan/suasana belajar yang lengkap bagi siswa, karena penuh dengan penyediaan dokumen yang terkait modul dalam format elektronik, kesempatan untuk saling belajar bersama-sama,dan kesempatan untuk menyerahkan semua penilaian sumatif secara elektronik. Alasan lain yang mendukung perspektif tersebut adalah bahwa setiap siswa memiliki akses ke semua konten pembelajaran, memiliki fleksibilitas waktu dan momen yang paling cocok untuk kebutuhan siswa dalam belajar, dapat belajar dengan kemampuan kecepatan belajar masing-masing, dan berpartisipasi dalam kesempatan belajar yang interaktif (Alberst et al, 2007:55-56; Kose, 2010:2796).

    BalasHapus
  21. Sedikit menambahkan
    Manfaat E-Learning
    E-learning mempermudah interaksi antara siswa dengan bahan/materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara siswa dengan guru maupun antara sesama siswa. Siswa dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri siswa. Guru dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus
    dikerjakan oleh siswa di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para siswa. Menurut Siahaan (2002) sebagaimana dikutip oleh Ahlis (2007: 24-26) manfaat e-learning dapat dilihat dari dua sudut, yaitu:
    1 Sudut Siswa
    Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitasbelajar yang tinggi, artinya siswa dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang kali. Siswa juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat, dengan kondisi yang demikian ini siswa dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
    2 Sudut Guru
    Beberapa manfaat yang diperoleh guru, instruktur antara lain adalah bahwa guru, instruktur dapat :
    (1) Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi.
    (2) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak.
    (3) Mengontrol kegiatan belajar siswa. Bahkan guru atau instruktur juga dapat mengetahui kapan siswanya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang.
    (4) Mengecek apakah siswa telah mengerjakan soal-soal.
    (5) Latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan memeriksa jawaban siswa dan memberitahukan hasilnya kepada siswa. Seiring perkembangan teknologi internet, metode e-learning mulai dikembangkan. MOODLE adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat mengubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan menggunakan MOODLE, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. MOODLE itu sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment (Prakoso, 2005: 13).

    BalasHapus